Full-Time: Akhir Pertandingan
Prit…Prit…Prit… Akhir pertandingan ditandai dengan peluit yang bergema nyaring.
Tuhan Yesus sudah meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandinganku di kampus ITB. Akhirnya tiba di akhir masa delapan semester ini. Akhirnya selesai juga perjuangan selama kurang lebih empat tahun ini. Pengumuman di akhir Juni kemarin mengenai nama-nama wisudawan Juli 2014 melenyapkan semua kekhawatiran yang sempat muncul. Akhirnya saya mengakhiri perjalanan ini.
Sudah di ujung jalan dan saya sudah melihat untaian pita di garis finis. Waktu yang berlalu begitu cepat dalam menempuh empat tahun masaku di kampus. Waktu yang terasa lama juga ketika melihat banyaknya peluh dan perasaan yang telah kucurahkan selama berkuliah di sini. Babak kedua ternyata sudah berakhir. Bunyi peluit baru terdengar. Aku sekarang akan beristirahat sejenak untuk menempuh pertandingan berikutnya. Pertandingan yang nyatanya akan jauh lebih sulit daripada pertandingan yang baru kuselesaikan.
Memulai perkuliahan ini banyak dari titik nol—mengenal Kalkulus, Fisika, dan Kimia, mengenal tempat-tempat di kampus tercinta, mengenal semua unit, himpunan, dan kegiatan di kampus, bahkan mengenal teman dan sahabat—sempat membuat diriku begitu lelah. Satu yang kupercaya waktu itu, Tuhan ingin membentukku melalui masa perkuliahan ini. Tuhan ingin memperbesar kapasitasku. Tuhan ingin membentuk aku menjadi Daniel yang jauh lebih kuat dan tangguh,
Waktu benar-benar berlalu begitu cepat, masih jelas dalam pikiranku saat dulu masih daftar ulang di Sabuga, pulangnya aku mencari indekos di daerah Tubagus Ismail. Aku mengikuti OSKM yang ditutup dengan OHU. Waktu itu kami juga berfoto bersama satu kelompok. Hari pertama berkuliah, banyak orang yang masuk kelas menawari buku-buku. Orang-orang masih kaku semua, ada perasaan segan waktu itu untuk berkenalan. Seiring berjalannya waktu, aku punya banyak kesempatan untuk belajar dan membuka wawasanku jauh lebih luas termasuk memahami karakter orang lain. Waktu terus berlalu ketika mulai belajar Teknik Elektro, jurusan yang aku pilih. Belajar bersama dengan teman-teman hingga larut malam, mengerjakan laporan, dan juga mempersiapkan diri untuk ujian. Hingga akhirnya bergelut di laboratorium untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
Aku selalu berusaha menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan, dan beryukur, Ia adalah Allah yang setia dan adil. Ia seperti membisikkan padaku, segala hal yang harus kulakukan dalam sehari bahkan hingga urutan-urutannya. Luar biasa bukan? Semua berjalan dengan lancar, studiku juga membaik. Aku punya banyak kesempatan untuk mengenal banyak orang juga. Bahkan terakhir, Tuhan mulai mengajarku untuk bisa berbagi hidup dengan mendengarkan keluh kesah orang lain. Tuhan juga memberikan kesempatan bagiku untuk mendoakan orang-orang lain.
Perubahan yang luar biasalah pokoknya. Keluargaku juga merasakan hal yang sama. Aku bisa membawa banyak nilai-nilai kehidupan kepada saudara-saudaraku. Bahkan, Tuhan mengijinkan aku secara untuk mempersatukan keluarga besar papa dan mama. Semuanya ini adalah karena kasih karunia Tuhan Yesus semata. Dan hingga detik ini, saya harus terus bersyukur buat semua pencapaian yang sudah saya alami.
Akhir Pertandingan
Di full-time ini aku diberi kesempatan untuk merenung sejenak tentang semua hal yang telah aku lalui. Pertandingan berikutnya akan semakin sulit, musuh semakin mengerti kelemahan kita. Langit juga terlihat mulai mendung dan akan turun hujan. Pertandingan pasti makin berat, an bisa-bisa aku kepayahan nanti. Tetapi kemenangan yang aku punya sekarang harus tetap bisa kupertahankan. Aku ingin sekali mencapai garis akhir berikutnya dengan tetap setia pada Tuhan. Ya, itulah harapanku. Tuhan tahu persis, makanya ia membisikkan lagi, “Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung ke mana pun engkau pergi.”
Pertandingan berikutnya sudah menunggu. Tempat dan suasana yang baru. Doa saya, Tuhan, mantapkanlah langkahku!
Kudaki jalan mulia; tetap doaku inilah;
“Ke tempat tinggi dan teguh, Tuhan, mantapkan langkahku!”
Ya Tuhan, angkat diriku lebih dekat kepadaMu
Di tempat tinggi dan teguh, Tuhan mantapkan langkahku!
Ingin kucapai puncak t’rang yang paling agung cemerlang.
Ya Tuhan, bimbing diriku makin dekat kepadaMu
Ya Tuhan, angkat diriku lebih dekat kepadaMu
Di tempat tinggi dan teguh, Tuhan mantapkan langkahku!
(KJ 400)
Sumber gambar : crossway.at