Gitar Rokris di Ruang UKS
Banyak orang yang seringkali menyepelekan sesuatu. Entah memang tabiatnya atau karena ketidaksengajaannya. Begitulah yang terjadi dengan beberapa orang di SMA 8. Mereka nampaknya amat menyepelekan gitar Rokris. Baru sesaat setelah serah terima jabatan, gitar itu menghilang entah kemana. Pada akhirnya ketahuan bahwa setang gitar patah, tanpa ada yang bertanggung jawab. Jo yang mengetahui kejadian tersebut marah besar, dia marah karena ada orang yang tidak menghargai dan menyepelekan gitar itu. Selama setahun, angkatan kami berkorban waktu dan tenaga untuk menjaga gitar itu. Ini sedikit ceritanya yang mungkin bisa menggambarkannya.
Selama di SMA, setiap siswa yang berada di tingkat 2 atau kelas 11, memiliki tanggung jawab untuk menjadi pengurus suatu subsie. Termasuk juga saya. Saya dan Abraham terpilih untuk mengurusi PSS (semacam pendalaman Alkitab di sekolah). Sedangkan Johannes mengurusi Doa pagi dan Doa siang yang diadakan setiap hari di aula sekolah. Ada banyak hal yang saya, Bram, dan Jo dapatkan dan kerjakan. Kami selalu menyiapkan baik lagu maupun firman Tuhan yang hendak dibagikan esok hari. Dan itu makan waktu yang cukup lama, kira-kira sekitar satu jam, jadi kami ada di sekolah hingga pukul setengah lima sore. Bila hendak pulang, gitar itu harus dijaga dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Beberapa kali Bram harus membawa gitar itu ke rumah walaupun harus berdesakkan dalam busway.
Pernah suatu kali Bram absen, dan akhirnya gitar itu tidak ada yang membawa. Saya dan Jo tidak bisa membawa gitar itu karena kami berangkat ke sekolah naik motor. Karena itulah kami bingung kepalang. Pada akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan gitar itu di ruang UKS yang letaknya bersebelahan dengan aula. Kami meletakkannya di balik rak dan sebelum menutup pintu UKS kami berdoa agar gitar itu bisa tetap aman dan pintu UKS tidak dikunci keesokan harinya.
Ternyata Tuhan menjawab doa kami. Esoknya gitar itu tetap baik dan pintu UKS tidak dikunci hingga dapat digunakan tepat waktu. Beberapa kali kejadian ini terulang lagi. Namun tetap saja, gitar itu dalam keadaan baik. Pada terakhir kali saya ke sekolah, sewaktu menjadi konselor di acara KKR tahun ajaran baru, saya melihat ruang UKS itu lagi. Saya teringat memori 2 tahun lalu ketika saya dan Jo berdoa kepada Tuhan di depan ruang UKS. Kami berdoa agar gitar ini Tuhan jaga dan dapat kami gunakan keesokan harinya untuk memuji Tuhan. Dan lihat! Tuhan mengabulkan doa kami di depan ruang UKS itu.
Saya semakin mantap. Saya ingin terus mengandalkan Tuhan menjaga saya dalam keadaan apapun. Saya juga belajar untuk tidak menyepelekan entah seseorang atau suatu barang sekecil apapun.