Hari ini Tepat Sembilan Tahun Lalu
Ada apa dengan tanggal 3 Maret? Apakah ada sesuatu yang istimewa? Kok tepat tanggal 3 Maret 2011 ini malahan muncul renungan dengan judul ‘Hari ini Tepat Sembilan Tahun Lalu’? Ada apa sebenarnya di tanggal 3 Maret 2002? Apakah yang sebenarnya terjadi?
Tanggal 3 Maret adalah sebuah tanggal penting bagi kehidupan saya dan adik saya. Meskipun kami tidak berulang tahun di bulan Maret, namun bulan ini tetap menjadi bulan yang penuh kenangan bagi kami, apalagi di tanggal 3 Maret. Tanggal 3 Maret memiliki kenangan yang amat indah yang akan selalu terkenang di dalam hidup kami.
Hari ini Tepat Sembilan Tahun Lalu
Hari itu adalah hari Minggu, hari di mana kami untuk pertama kalinya mengikuti ibadah sekolah minggu Anak Bethel Indonesia (ABI) di rumah Tante Hanna. Setelah lama mengikuti sekolah minggu di rumah Kak Yuli, kami harus meninggalkan sekolah minggu itu. Sekolah minggu itu perlahan-lahan hilang seiring dengan Kak Yuli yang berkeluarga dan sibuk bekerja. Tepat seminggu sebelumnya, kami memutuskan untuk tidak pergi lagi ke rumah Kak Yuli untuk bersekolah minggu. Saat itu Dhika dan Kak Ester mengajak kami untuk ikut sekolah minggu di Rumah Tante Hanna. Jadi mulailah kenangan itu ada di dalam hidup kami, tanggal 3 Maret 2002 saat kami mulai bersekolah minggu.
Sekolah minggu dimulai pukul 08.00. Saat itu kami tidak kenal siapa-siapa selain Kak Ester dan Dhika, karena kami sudah saling mengenal sebelumnya. Kami juga tidak mengenal keluarga Tante Hanna, yang memulai pelayanan anak-anak di Perumahan Duta Kranji. Kami disambut dengan amat baik. Masih terngiang dalam pikiran saya ketika kami absen di kertas gambar. Juga ketika kami berdiri di depan untuk menyanyikan lagu-lagu sebagai kesaksian. Saat itu, kertas bergambar menjadi tanda kerajinan kami untuk datang, memberi kesaksian, dan menghapalkan ayat alkitab. Di sekolah minggu kami juga terkenal pintar dalam setiap kuis Alkitab. Hampir setiap kali ada kuis Alkitab, kami memperoleh banyak hadiah karena mampu menjawab.
Di sekolah minggu kami berdua masuk ke kelas besar, kelas Tante Debora, karena saat itu kami sudah kelas 4 SD. Minggu-minggu kemudian kami semakin mengenal teman-teman yang lain, mulai dari Otto, Wenny, Kevin, Anet, Kak Agnes, Kak Rini, begitu pula dengan Ko Tonny, Ci Tjen Woei, dan Om Habakuk yang menjadi guru-guru di sekolah minggu di situ. Hari minggu adalah hari di mana kami dapat belajar mengenal Tuhan bersama di dalam persekutuan yang erat. Pada tanggal 7 Juni 2002, diadakanbazaar di Gereja Pusat (Rawamangun), yaitu acara di mana kami dapat menukarkan kupon (tanda kerajinan) dengan berbagai alat tulis, buku, dan mainan. Saat itu, kami berdua total memiliki 104 kupon, dan dapat membeli beberapa buku dan alat tulis. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.
Minggu-minggu berikutnya terus berlalu seiring berjalannya waktu. Sekolah minggu di Rumah Tante Hanna terus meluas, ditandai dengan semakin banyaknya jumlah anak yang datang. Kami juga mengenal Anggi, Ribka, Kak Mince, Kak Selamat, Kak Ana, Kak Fitri, Alfredo, dan masih banyak teman lain. Sekolah minggu menjadi sarana yang efektif untuk mendewasakan iman kami di dalam Tuhan Yesus. Kami merayakan natal dan paskah bersama dengan teman-teman sekolah minggu. Waktu terus berlalu hingga di pertengahan Juli 2004, kami mengikuti bazaar terakhir di rumah Tante Hanna. Saat itu, kami memperoleh banyak buku dan alat tulis, karena jumlah kupon kami yang banyak (baca juga: Bazaar Sekolah Minggu). Setelah itu kami tidak lagi bersekolah minggu, melainkan mengikuti kebaktian remaja yang dimulai jam 07.00, masih di rumah Tante Hanna.
Memang saat itu masa-masa indah bersekolah minggu telah lewat, dan tidak mungkin terulang kembali. Namun, kami sadar dengan mengikuti ibadah remaja, iman kami jauh lebih didewasakan. Sharing Firman Tuhan yang lebih mendalam dan juga kesaksian dari teman-teman lain dirasa amat menguatkan kami dalam menjalani kehidupan kami. Sungguh pengalaman yang amat indah ketika saya kembali melewati tanggal 3 Maret 2011, sembilan tahun setelah momen penting itu. Momen penting yang telah menjadi tonggak yang mengubahkan hidup kami berdua secara drastis, menjadi anak-anak Tuhan yang menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Momen penting yang telah mengubah arah hidup kami. Momen penting yang telah membuat saya sadar betapa pentingnya sekolah minggu dalam kehidupan rohani seseorang.
Ketika saya masih mampu berjalan seturut kehendak Tuhan di masa kuliah ini saya mengucap syukur. Terima Kasih Tuhan Yesus, karena Engkau mengizinkan tanggal 3 Maret 2002 menjadi saat di mana kami dapat lebih mengenal Engkau di dalam sebuah persekutuan. Sebuah momen dimulainya pembelajaran terus-menerus mengenal kasih dan anugerah-Mu.
Sumber Gambar: BlogSpot