Hati Kita Berpadu Menjadi Satu
Kebaktian hari itu membawa sukacita tersendiri dalam diriku. Aku senang dapat bertemu dengan orang-orang yang lama tidak kutemui. Dan hebatnya, aku masih mengenal persis mereka satu persatu. Mereka adalah teman kebaktian papa-mama selama belasan tahun belakangan ini. Dan alangkah sukacitanya diriku, saat mengetahui bahwa mereka juga masih ingat tentang diriku. Tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dahulu kala ketika adik dan aku tinggal di rumah dan mengikuti kebaktian.
Belasan tahun dapat mengenal teman-teman persekutuan papa dan mama adalah sebuah anugerah dalam kehidupan saya. Sejak kecil, atau sejak dalam kandungan, kami sudah beroleh doa-doa yang mereka utarakan kepada Tuhan setiap malamnya. Masa-masa pun berlalu hingga hari ini saya mengikuti perkuliahan di tahun terakhir saya.
Berpadu Menjadi Satu Dalam Persekutuan
Peranan sebuah persekutuan benar-benar aku rasakan malam itu. Di dalam sebuah persekutuan ada banyak hal yang kita lakukan bersama. Oleh karena itu, persekutuan begitu erat kaitannya dengan kebersamaan dan kesatuan. Di persekutuan, kita memuji Tuhan bersama, mempelajari Firman Allah bersama dan berdoa bersama. Kebersamaan ini yang membuat kita menjadi begitu dekat. Kita belajar untuk “saling”, saling mendengarkan, saling mendoakan, saling menguatkan, dan saling memperhatikan. Datang dari beragam etnis dan golongan tidaklah mengapa, karena di dalam sebuah persekutuan, kita semua menjadi satu. Itulah yang aku rasakan.
Tetapi sebenarnya bukanlah kita yang menciptakan suasana kebersamaan dan kesatuan itu. Allah yang hadir dan ada di tengah-tengah persekutuanlah yang membuat semuanya itu menjadi terwujud. Itulah yang membedakan persekutuan dengan pertemuan-pertemuan yang lainnya. Roh Allah sendirilah yang merasuk ke dalam hati setiap orang yang hadir di dalam sebuah persekutuan. Roh Allah yang mengajarkan bagaimana caranya untuk menjadi orang yang rendah hati, mau mendengar, dan mau belajar. Roh Allah yang sama juga yang membuat hati kita menjadi lekat dan erat. Kita saling mengerti dan memperhatikan. Hati kita berpadu menjadi satu.
Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus kalau hari ini saya terlibat di dalam sebuah persekutuan, baik di kampus, di gereja, atau di lembaga pelayanan. Saya banyak belajar untuk memperhatikan orang lain, saya belajar juga untuk mendengar keluhan dan menyelami perasaan mereka. Namun, ternyata jauh sebelum itu, saya terlebih harus bersyukur kepada Tuhan Yesus karena persekutuan ini ternyata telah memberikan warna di dalam kehidupan saya. Persekutuan yang mengajarkan saya betapa berharganya keberadaan orang-orang yang selalu mendukung dan mendoakan kita di dalam hidup ini. Persekutuan yang membuat hati kita berpadu menjadi satu.
–Artikel ini dituliskan sebagai Artikel Tambahan Warta Jumatan PMK ITB dengan judul Hati yang Berpadu Menjadi Satu , tanggal 18 Oktober 2013, dengan beberapa perubahan.