Jalanan Metro Manila
Setelah bersama dengan Mr. Destreza, kami langsung menuju ke Tribeca Residences. Bandara Nino Aquino ternyata terletak cukup dekat dengan pusat kota Manila dan Makati. Manila sekitar 4 kilometer, sementara ke Makati sekitar 2-3 kilometer. Berbeda dengan Soekarno Hatta yang kira-kira 20 kilometer dari pusat kota Jakarta. Manila adalah ibukota FIlipina, penuh dengan berbagai kantor-kantor pemerintahan, sedang Makati adalah sentra ekonomi, di mana banyak perkantoran dan pusat belanja. Untuk menghubungkan dua pusat ekonomi dan bisnis ini bahkan sudah ada MRT. Jakarta tertinggal jauh rupanya.
Jalanan Metro Manila
Namun, saya tidak akan menuju ke Manila atau Makati. Tribeca Residences terletak di Muntinlupa. Muntinlupa termasuk ke dalam Metro Manila, bersama dengan Manila, Makati, Quezon City, Pateros, Caloocan, Las Piñas, Malabon, Mandaluyong, Marikina, Muntinlupa, Navotas, Parañaque, Pasay, Pasig, San Juan, Taguig, and Valenzuela. Jika Manila dan Makati berada di sisi utara Bandara Ninoy Aquino, maka daerah Muntinlupa berada di sisi selatan (atau tenggara). Kira-kira jaraknya 10 kilometer, itulah yang dikatakan oleh Mr. Destreza. “Traffic was so bad. Jakarta too, right?” sapanya lagi sambil membawa mobil melalui kepadatan lalu lintas. “Yes, I think Jakarta worse.” Jakarta memang terkenal dengan kemacetannya, bahkan supir di negara tetangga pun bisa tahu hal tersebut. Oiya, satu lagi, pengendara kendaraan di FIlipina berada di sisi kiri, layaknya di Amerika Serikat. Ini berarti semua peraturan dan lajur jalan di Filipina kebalikan dari yang ada di Indonesia. Jika di Indonesia jalur cepat adalah jalur paling kanan, maka di Filipina ada di sisi kiri. Para penumpang juga menunggu di sisi kanan jalan, dan bukan di sisi kiri layaknya di Indonesia.
Kami berjalan terus ke arah tenggara melalui jalan Santos Ave. Jalanan juga nampak padat. Banyak anak sekolah maupun pegawai kantor yang berangkat dengan naik kendaraan umum. Kondisi jalanannya saya rasa lebih buruk ketimbang Jakarta. Kotor dan kesannya tidak terawat. Jalur pejalan kaki juga hampir-hampir tidak ada. Hanya ada dua jenis kendaraan umum di Filipina, sejenis becak motor dan kendaraan sejenis opelet. Mr. Destreza kemudian menyampaikan bahwa itu adalah Jeepney. Jeepney adalah mobil jeep yang dimodifikasi bagian belakangnya sehingga dapat menampung banyak penumpang. Bentuknya mirip oplet yang ada di Jakarta dulu, atau di cerita Si Doel Anak Sekolahan (jika teman-teman masih ingat, hehe). Saya juga sempat mengambil foto-fotonya.
Perjalanan kami kemudian terhenti di interchange (simpang susun) yang cukup besar. Layaknya yang ada di Cawang. Pagi itu padat sekali. Keadaan diperburuk dengan tidak adanya lampu lalu lintas. Hanya ada beberapa petugas polisi yang mengatur lalu lintas. Ternyata ini adalah simpang susun jalan protokol (West Service Road), tol, dan jalan layang tol (skyway). Makanya kondisinya padat sekali. Banyak pejalan kaki maupun penumpang bus yang menghalangi lalu lintas.
Dari simpang susun itu, kami berbelok ke kanan. Tidak lama, terlihatlah kompleks apartemen berwarna hijau di sisi kiri jalan. Mr. Destreza mengatakan bahwa inilah Tribeca Residences. Terlihat megah dan bersih. Kami pun masuk dan menunggu Mrs. Dyan (HR perusahaan) dan juga Mrs. Juliet dari pihak leasing apartemen untuk serah terima kunci. Tunggu tulisan selanjutnya lagi ya mengenai apartemen dan kisah di Filipina.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi, kaskus.com dan maps.google.com