Kenangan Tentang Sekolah Minggu Bagian 3
Hari itu adalah hari Minggu, hari di mana kami untuk pertama kalinya mengikuti ibadah sekolah minggu Anak Bethel Indonesia (ABI) di rumah Tante Hanna. Setelah lama bersekolah minggu di jalan Borobudur (baca artikel Kenangan Tentang Sekolah Minggu Bagian 1), kami harus meninggalkan sekolah minggu itu.
Saat itu Dhika dan Kak Ester mengajak kami untuk bersekolah minggu di Rumah Tante Hanna. Jadi mulailah kami bersekolah minggu di Sekolah Minggu rumah Tante Hana pada tanggal 3 Maret 2002.
Kenangan Tentang Sekolah Minggu
Ibadah biasanya dimulai dimulai pukul 08.00. Saat itu kami tidak kenal siapa-siapa selain Kak Ester dan Dhika, karena kami sudah saling mengenal sebelumnya. Kami juga tidak terlalu mengenal keluarga Tante Hanna, yang memulai pelayanan anak-anak di Perumahan Duta Kranji. Meskipun begitu, kami disambut dengan amat baik. Masih terngiang dalam pikiran saya ketika kami mengisi absen di kertas gambar. Juga ketika kami berdiri di depan untuk menyanyikan lagu-lagu sebagai kesaksian. Saat itu, kertas bergambar menjadi tanda kerajinan kami untuk datang, memberi kesaksian, dan menghapalkan ayat alkitab. Di sekolah minggu kami juga sering menjawab kuis Alkitab. Hampir setiap kali ada kuis Alkitab, kami memperoleh banyak hadiah karena mampu menjawab, hehe.
Di sini kami berdua masuk ke kelas besar, kelas Tante Debora, karena saat itu kami sudah kelas 4 SD. Minggu-minggu kemudian kami semakin mengenal teman-teman yang lain, mulai dari Otto, Wenny, Kevin, Anet, Kak Agnes, Kak Rini, begitu pula dengan Ko Tonny, Ci Tjen Woei, dan Om Habakuk yang menjadi guru-guru di sekolah minggu di situ. Hari minggu adalah hari di mana kami dapat belajar mengenal Tuhan bersama di dalam persekutuan yang erat.
Pada tanggal 7 Juni 2002, diadakan bazaar di Gereja Pusat (Rawamangun), yaitu acara di mana kami dapat menukarkan kupon (tanda kerajinan) dengan berbagai alat tulis, buku, dan mainan. Saat itu, kami berdua total memiliki 104 kupon, dan dapat membeli beberapa buku dan alat tulis. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.
Minggu-minggu berikutnya terus berlalu seiring berjalannya waktu, sekolah minggu di Rumah Tante Hanna terus meluas, ditandai dengan semakin banyaknya jumlah anak yang datang. Kami juga mengenal Anggi, Ribka, Kak Mince, Kak Selamat, Kak Ana, Kak Fitri, Alfredo, dan masih banyak teman lain. Sekolah minggu menjadi sarana yang efektif untuk mendewasakan iman kami di dalam Tuhan Yesus. Kami merayakan natal dan paskah bersama dengan teman-teman sekolah minggu. Waktu terus berlalu hingga di pertengahan Juli 2004, kami mengikuti bazaar terakhir di rumah Tante Hanna. Saat itu, kami memperoleh banyak buku dan alat tulis, karena jumlah kupon kami yang banyak (baca juga: Bazaar Sekolah Minggu). Setelah itu kami tidak lagi bersekolah minggu, melainkan mengikuti kebaktian remaja yang dimulai jam 07.00, masih di rumah Tante Hanna.
Demikianlah saya mengulang dan menuliskan kembali pengalaman saya dan abang bersekolah minggu sejak kecil. Mulai dari Rumah Kak Febby, Jalan Borobudur, seberang Toko Material, di Gereja GBI Hotel Horison, dan kemudian di rumah tante Hana.