Kisah dari Pohon Jambu part 2
Oiya, aku juga sempat menyaksikan keluarga ini memiliki mobil Zebra, yang waktu itu dibeli papa di tahun 1995. Mereka sekeluarga sering bepergian dan baru pulang di malam hari. Papa sering membopong Daniel dan Nugroho yang tertidur di mobil ke dalam kamar. Namun sayang, pada tahun 1998, mobil Zebra itu tidak ada lagi. Aku tidak tahu alasannya sampai sekarang. Namun, yang aku tidak pernah lagi bertemu dengan mobil itu sejak 15 November 1998. Aku mengingat persis tanggal tersebut karena pada hari itu juga Daniel dan Nugroho pertama kalinya berjalan kaki pulang dari sekolah. Sedih rasanya aku melihat mereka berdua, masih kecil dan dengan keringat di sekujur tubuh perlahan membuka pintu dengan kunci yang telah dibawa. Semenjak itu juga, hari-hariku diwarnai dengan melihat bagaimana perjuangan mereka untuk tiba di rumah.
Kisah dari Pohon Jambu depan Rumah
Sudah dua tahun terakhir ini, Daniel dan Nugroho harus menjalani pendidikan di Bandung dan di Jepang. Makanya, aku jarang melihat mereka berdua. Bulan Maret hingga April kemarin, Nugroho pulang ke Indonesia. Aku senang melihatnya, begitu senang. Ia juga menyempatkan untuk membersihkan diriku seperti yang dahulu ia sering lakukan bersama dengan Daniel. Daniel pulang dua bulan sekali, ia juga melakukan hal yang sama kepada diriku. Kalau mereka tidak ada di rumah, maka papa atau mama yang bergantian membersihkan diriku. Yang aku tahu pasti, keluarga ini begitu mengasihiku. Beberapa bulan belakangan ini bahkan, papa dan mama menanam banyak pohon-pohon lain yang kini menjadi sahabat baruku.
Eh, aku hampir melupakan sesuatu. Di awal tahun 2011, sebuah mobil Avanza hadir kembali di teras rumah pemilikku. Sebentar, aku coba mengingat-ingat tanggalnya… Hap! 25 Januari 2011. Sebuah mobil yang kembali hadir di kehidupan keluarga ini. Aku masih ingat betapa mereka merindukan kehadiran mobil ini. Waktu itu aku melihat mama, Daniel, dan Nugroho bernyanyi bersama di teras pada malam hari mengharapkan datangnya mobil. Aku juga mendengar doa-doa mereka setiap malamnya selama tiga belas tahun mengharpkan kedatangan sebuah mobil. Hari itu, Tuhan menjawab semua doa dan permohonan mereka selama ini. Aku juga turut bersyukur kepada-Nya. Sebenarnya, hatiku sedih ketika melihat Daniel dan Nugroho kebasahan ketika hujan turun dengan begitu lebat saat akan pergi ke sekolah. Hatiku juga sedih ketika Daniel atau Nugroho dijemput dengan menggunakan motor pada malam hari yang dingin karena ada kegiatan atau acara tertentu. Aku juga sedih ketika mereka harus mengambil taksi di depan perumahan ketika akan pergi pesta atau menghadiri acara kelulusan di sekolah. Tetapi kesedihanku segera pupus melihat perjuangan mereka. Mereka tetap bersukacita dalam keadaan-keadaan tersebut. Sungguh luar biasa keluargaku ini, terutama Daniel dan Nugroho.
Aku begitu senang hadir di dalam kehidupan mereka. Begitu senang hingga sampai kini aku tetap berusaha untuk bertahan sekuatnya untuk tetap tegak berdiri meskipun angin bertiup kencang. Aku menunduk dan mencengkeram tanah sekuat mungkin. Begitu senang juga sehingga aku juga tetap menghasilkan buah-buah jambu yang segar hingga kini. Banyak orang yang terberkati dengan buah-buah yang aku hasilkan. Dan terakhir, aku begitu senang karena aku merasa begitu diperhatikan oleh keluarga pemilikku. Tuhan penciptaku begitu baik, ia membuat aku begitu berarti. Aku terus berdoa kepada Tuhan untuk diberikan umur yang panjang, agar aku tetap bisa terus bersama dengan mereka. Untuk tetap bisa mewarnai kehidupan mereka.
Hari terus berlalu. Hari ini masuk ke dalam tahun ke-23 aku menemani kehidupan mereka. Jauh melebihi umur Daniel dan Nugroho. Anak kecil yang dahulu sering membersihkan aku setiap sore kini masih sering mengamati dan membersihkan aku. Sekarang ia bukan anak kecil lagi, ia telah menjadi pemuda yang beranjak dewasa. Tetapi sifatnya masih sama seperti dahulu, yaitu lebih suka berdiam diri, merenung dan berpikir dalam-dalam. Setiap pagi ia masih menatap diriku tajam menembus dahan, batang, dan akarku yang ada di tanah. Tatapan yang sama yang sedari dahulu ia lakukan setiap pagi. Maka pada minggu pagi ini aku berbisik padanya supaya ia bisa menuliskan tentang diriku. Sebuah kisah dari pohon jambu.