Membaca Buku
Dua tahun sudah saya tinggal di Jepang. Koleksi buku saya pun sudah banyak. Sebuah rak buku berukuran besar pun sudah tidak muat menampung semuanya. Hari ini sepulang kuliah, saya menyusun kembali buku-buku tersebut. Buku-buku yang sudah lama dan jarang dipakai saya masukkan ke kardus dan menyimpannya di tempat yang baru. Buku lainnya yang sering dibaca dan dipergunakan tetap saya simpan dalam rak.
Membaca buku adalah hobi saya. Sambil membuka kembali buku-buku yang sudah lama, saya bisa mengingat kembali keadaan dan kondisi pada saat dulu. Pikiran saya melayang, mengingat kembali kenangan masa kecil dulu.
Kenangan Membaca Buku di Toko Buku
Dulu pembagian rapor SD dilakukan tiga kali setahun (sistem caturwulan). Dari ketiganya, selama enam tahun Mama tidak pernah absen, selalu datang ke sekolah. Mama selalu mengambil rapor saya dan Abang. Nah, usai pembagian rapor itu saya dan Abang tidak pernah langsung pulang ke rumah. Mama selalu mengajak saya dan Abang untuk pergi ke Gramedia. Gramedia Matraman maksudnya.
Tapi sebelum ke Gramedia, Mama selalu mampir dulu ke kantornya. Kantor mama di SMA Negeri 54 Jakarta. Saat menunggu Mama menyelesaikan pekerjaan, saya dan abang selalu menunggu di Toko Buku Kristen Kalam Hidup, yang terletak tidak jauh dari terminal Kampung Melayu. Saya dan abang selalu melahap habis, membaca buku cerita anak-anak, majalah-majalah Kristen, renungan-renungan harian, dan beberapa buku tebal mengenai Kekristenan. Saya dan abang tidak bosan walaupun harus menunggu, membaca sambil berdiri selama hampir 3 jam. Rasanya senang sekali bisa membaca buku-buku Kristen.
Kalau mama sudah selesai bekerja, biasanya kami makan siang dulu. Makan soto ayam di depan Minisuper Jatinegara. Baru setelah itu, dengan Mikrolet M-01 yang melintas, saya, Abang, dan Mama bersama-sama pergi ke Gramedia Matraman.
Toko buku Gramedia Matraman jauh lebih besar dari Toko buku Kalam Hidup. Cakupan bukunya pun lebih luas. Tidak hanya buku tentang Kekristenan, buku-buku sekolah, perlengkapan belajar, alat tulis, alat olahraga, mainan mobil-mobilan, tas sekolah pun ada di sana. Saya dulu sempat berpikir bahwa Gramedia Matraman adalah toko segalanya, apa saja yang diinginkan bisa ditemukan di sana.
Perasaan saya tidak berubah. Perasaan senang berada di dalam toko buku. Baik di Toko Buku Kalam Hidup maupun Gramedia Matraman. Ini adalah tempat yang paling saya sukai. Berada di antara ratusan, bahkan ribuan buku membuat saya begitu bahagia. Bau “harum” buku baru sungguh membuat pikiran menjadi “plong” dan hati riang. Saya dan abang bisa menghabiskan waktu tiga hingga empat jam di Gramedia Matraman. Berjalan berlari ke sana kemari, tertarik dengan sampul buku warna-warni, dan membaca buku sample yang bungkusnya terbuka. Semuanya terasa begitu menyenangkan.
Sebelum berangkat ke Jepang, saya dan Abang merapikan semua buku-buku yang ada di rumah. Mama membelikan rak buku yang diletakkan di lantai dua rumah. Dan kini koleksi buku kami sudah banyak sekali, sudah memenuhi dua buah rak buku besar. Saat libur kuliah, Abang menyempatkan diri untuk membersihkan buku-buku dan rak itu dari debu-debu yang menempel. Itu agar buku-bukunya tetap awet dan tahan lama.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2