Mobil Impian
Sudah lebih dari 13 tahun ketika mobil pertama kami dijual karena pekerjaan papa hilang karena krisis moneter. Masih teringat dalam kenangan saya saat saya tertidur di mobil, papa menyuruh saya untuk meluruskan kaki di kursi mobil, atau adik untuk menurunkan posisi bangku depan. Masih teringat dalam kenangan saya ketika kami mengunjungi rumah Tulang Iren, bermain bersama saudara sepupu, dan baru pulang larut malam. Ya, mungkin hanya sedikit kenangan yang saya ingat soal mobil Zebra B 7557 BO, yang waktu itu papa bawa pulang saat sore hari ketika kami bermain di dalam rumah.
Sudah lebih dari 13 tahun juga kami mendoakan untuk membeli mobil impian, mobil baru. Saat kecil, saya dan adik saya sering diajak mama berdoa di garasi depan untuk mendoakan sebuah mobil di dalam keluarga kami. Tante Hana yang sepulang bekerja selalu lewat rumah kami, sering melihat kami bernyanyi dan berdoa di garasi depan rumah. (Lihat renungan: Tante Hana dan Keluarga). Setiap malam saat berdoa bersama tak lupa kami juga mendoakan akan mobil tersebut.
Kalau saya ingat ketika masih SMP dan SMA, saat hujan deras (lihat Hujan yang turun malam hari), saya dan adik saya berharap akan adanya mobil yang dapat mengantar kami ke sekolah sehingga tidak kebasahan. Ketika kami harus diantar dengan menggunakan motor, kami harus memakai jaket hujan, sepatu dan kaos kaki harus dilepas, dan kadang celana kami kotor karena terkena cipratan becekan. Lebih dari itu, mobil dirasa amat dibutuhkan ketika kami harus mengikuti acara Perkemahan Pramuka saat SMP, di mana saat itu mama ikut mengantar kami, karena kami cukup kerepotan membawa banyak barang. Ada juga acara Graduation Day saat SMP dan SMA yang seakan-akan “memaksa” kami untuk memiliki mobil. Saat Graduation SMP, kami naik taksi, sedangkan saat Graduation SMA, kami meminjam mobil Tulang Maru.
Di luar itu, masih banyak kegiatan seperti menghadiri acara Tahun Baru, Natal, Paskah di tempat-tempat yang agak jauh. Mobil yang biasa kami tumpangi dari gereja kadang terasa amat penuh, dan kami berharap, seandainya kami punya mobil. Ketika ada kerabat yang meninggal atau sakit mama juga sering mengutarakan keinginan untuk memiliki sebuah mobil untuk mengakomodir teman-teman lain yang ingin menjenguk atau melayat bersama.
Lepas dari semua keinginan itu, saya pribadi masih amat bersyukur, ketika di tahun 2005, ketika saya kelas 2 SMP, Tuhan memberikan keluarga kami motor. Motor itu yang mengantar perjalanan saya dan adik selama SMP-SMA. Motor itu pula yang menjadi alat transportasi saat papa bekerja, saat mengunjungi orang sakit, melayat orang meninggal, mengikuti pesta pernikahan, menjemput kami di depan perumahan atau di pasar, dan masih banyak lagi. Motor tersebut seakan menjadi “pelepas dahaga” kami untuk memiliki mobil yang sudah lama kami idam-idamkan.
Hingga di akhir tahun 2010, muncul secercah harapan, ketika keberhasilan adik saya mendapatkan beasiswa membuat uang tabungan mama-yang seharusnya untuk kuliah adik dapat digunakan. Kata mama, papa juga punya sedikit uang dari pekerjaan menjadi rekanan PLN selama ini.
Akhirnya, pada tanggal 4 Januari 2011, mama danĀ papa pergi ke rumah seorang sales mobil Auto 2000: Garuda yang ada di komplek perumahan. Mama dan papa mulai bertanya akan segala hal yang berkaitan dengan mobil tersebut, mulai dari fasilitas, cara pembayaran, dan yang lainnya. Di tanggal 7 Januari, kami resmi memesan mobil Toyota Avanza warna hitam. Setelah melalui banyak pergumulan, akan jenis dan merk mobil yang ingin kami beli selama kurang lebih lima bulan sejak Juli 2010. Dan, sore kemarin, tanggal 24 Januari 2011, mama menelepon saya dan mengabarkan bahwa mobil itu telah tiba di rumah.
Kata papa seharusnya mobil itu tiba hari Jumat, namun ternyata mertua sales mobil ini meninggal dan dia harus pergi ke Jogja. Namun, di luar itu semua, kami amat bersyukur. Saya amat bersyukur. Meskipun saya berada jauh di rumah saya dapat merasakan kegembiraan itu. Terlebih adik saya yang juga turut merasakan kegembiraan itu. Penantian panjang telah Tuhan genapi. Penantian akan sebuah mobil impian, telah Tuhan sediakan dengan amat hebatnya. Tuhan Yesus menyediakan tepat waktunya.
Kami terus berdoa agar Tuhan mau menjaga mobil tersebut. Karena mobil itu akan ditinggal di garasi rumah selama lebih dari 10 jam setiap harinya, saat papa dan mama bekerja. Saya dan adik yang kuliah jauh dari rumah hanya bisa berdoa untuk penyertaan Tuhan terhadap mobil tersebut. Terbersit dalam pikiran saya ketika menuliskan renungan ini, ketika saya masih kecil, dan mama, saya, dan adik berdoa bersama di garasi depan rumah mendoakan sebuah mobil. Ya, sebuah harapan akan sebuah mobil impian selama 13 tahun lalu. Sebuah harapan, yang tepat kemarin menjadi kenyataan, dengan pergumulan dan penantian panjang bagi keluarga kami.
Kadangkala saya berpikir mengapa Tuhan amat lama menjawab keinginan,
bahkan sempat muncul apakah Tuhan sudah melupakan semuanya itu.
Tetapi saya sadar, bahwa Tuhan selalu memiliki rencana.
Rencana yang amat indah dan menakjubkan dalam hidup ini.
1 thoughts on “Mobil Impian”