Nusa Penida Part-3 – Crystal Bay
Hari kedua ini saya terbangun pada pukul 05.00. Setelah berdoa dan bersaat teduh sebentar, saya kemudian mencoba akses internet di pagi itu. Agak susah rupanya akses ke dunia maya di desa ini. Tapi dengan usaha dan kesabaran sebentar, saya bisa membuka beberapa situs untuk mengetahui beberapa informasi di Bandung. Puji Tuhan! Saya bersyukur untuk kesempatan ini. Saya belajar untuk selalu bersyukur atas apapun yang Tuhan berikan. Ah, masak untuk soal akses internet ini membuat saya menjadi bersungut-sungut. Sudah terlalu banyak berkat dan anugerah yang saya rasakan.
Sudah lebih dari sepuluh pengalaman baru saya rasakan di hari pertama saya berada di Desa Toyapakeh, Nusa Penida, Bali ini. Ah, pikiran saya sempat melayang sejenak. Saat teduh pagi ini saya belajar untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yesus untuk segala hal yang terjadi.Hari senin pagi itu saya menyempatkan diri untuk menuju ke pantai dan melihat-lihat kesibukan penduduk yang menggunakan transportasi untuk ke Lembongan atau ke pulau-pulau lain. Pagi hari senin di pantai ini juga begitu indah. Matahari pagi yang datang dan mengusir kegelapan pantai mengizinkan seluruh orang untuk dapat beraktivitas. Inilah salah satu masalah utama di pantai ini, yaitu tidak adanya sarana penerangan sepanjang pantai yang membuatnya mati sepanjang malam.
Setelah pulang kami menikmati sarapan pagi bersama dengan Pak Mahmudin dengan nasi kuning dan segelas teh manis hangat. Wah, enak sekali! Pagi hari di sini terasa lebih lama, di mana matahari baru terang sekitar pukul 06.30. Sempat berbincang-bincang mengenai kesibukan dan keseharian keluarga Pak Mahmudin, kami kemudian memulai briefing kegiatan sepanjang hari ini. Rencananya kami akan bertemu dengan Bapak Kepala Desa, kemudian akan bersosialisasi dengan masyarakat dan mencari tahu respon mereka akan proyek pemasangan pembangkit listrik tenaga air laut ini di bulan Juli nanti.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2