Nusa Penida Part-6 – Quicksilver
Pergi ke Ponton Quicksilver
Sekitar pukul 3 sore, Mas Yusuf dan Pak Raju datang. Kami segera menuju ke laut dengan menggunakan speed boat milik kelompok Pak Mahmudin.Kami mengukur kecepatan laut di sebelah buoy di depan ponton, kemudian persis di utara ponton (di tengah-tengah arus), di sebelah barat ponton, dan terakhir di depan channel (selatan barat ponton). Kami memperoleh hasil pengukuran kecepatan arus sekitar 0,9 meter/sekon. Cukup kencang untuk kondisi surut seperti ini. Beres mengambil beberapa data, kami menuju ke ponton. Yang disebutkan ponton di sini adalah restoran terapung Quicksilver yang mengapung di tengah-tengah perairan Desa Toyapakeh.
Restoran di hari-hari biasa seperti ini sepi sekali. Hanya ada beberapa pengunjung yang datang untuk snorkeling atau berenang di sekitaran ponton. Penduduk desa diijinkan untuk menggunakan fasilitas ponton di sini. Jadilah kami semua dapat bersnorkeling gratis sore itu. Peralatan juga disediakan oleh Pak Raju dan Mas Yusuf di kapal yang membawa kami. Saya sempat melihat terumbu karang dan ikan-ikan perairan dari kaca bawah air yang ada di ponton. Terumbu karang yang berada di sekitaran ponton telah mati dan rusak, di mana penyebab semuanya itu adalah terhalangnya sinar matahari menembus ke dalam perairan. Namun, syukur, di depan sana, terlihat terumbu karang yang masih indah dan terjaga. Ada banyak ikan-ikan karang yang begitu indah.Saya sempat mencoba untuk snorkeling menikmati keindahan bawah laut Desa Toyapakeh. Namun, cukup sulit ternyata untuk mengatur pernapasan yang baik. Saya sempat tersedak beberapa kali yang membuat saya memutuskan untuk menikmati keindahannya dari atas saja. Selain itu, mata saya buram karena tidak memakai kacamata, sehingga penglihatan saya turun drastis. Sungguh bersyukur meskipun saya tidak dapat menikmati dan mengeksplorasi keindahan laut ini, Tuhan tetap mengijinkan saya melihat walaupun sekilas. Semua akan tetap baik-baik saja. Rasa syukur ini tidak henti-hentinya terucap di dalam hati saya melihat betapa hebat Tuhan menciptakan dunia ini. Dunia atas air dan dunia bawah air yang keduanya begitu hebat.
Sebelum pulang kami sempat melihat pesisir tebing pulau Nusa Penida. Hempasan air beratus-ratus tahun membuat lapisan tebing batu itu terkikis perlahan-lahan. Sore itu kami sudah tiba sebelum maghrib di rumah Pak Mahmudin. Malam itu, kami diundang untuk menghadiri doa bersama untuk mengenang kematian salah seorang penduduk di Desa Toyapakeh. Wah, senangnya bisa melihat persatuan di tengah-tengah penduduk desa ini. Bapak Mahmudin juga sempat berkisah mengenai silahturahmi antara masyarakat desa yang harus selalu dijaga sampai kapan pun.
Malam itu kami juga mengadakan nonton bareng film di pinggir pantai Desa Toyapakeh. Film yang diputar adalah 3 Idiots. Suasana malam itu cukup ramai, meskipun ada beberapa kesalahan teknis mengenai bahasa. Sekitar pukul 1 pagi, kami telah usai dan segera membereskan seluruh perlengkapan. Terima kasih kepada Mas Yusuf yang telah menginisiasi acara ini, bahkan rela membantu menyediakan kabel untuk sound system-nya.
Sumber gambar : Blogspot 1, 2, 3, 4, 5
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2