Bertemu dan Berpisah
Satu di dalam Tuhan |
Pertama kali datang dan bergera di GIII Tokyo ada sesuatu yang sangat menarik untuk saya. Sesuatu yang setiap minggu dilakukan terus-menerus. Sesuatu itu terkadang menyenangkan, tidak jarang juga, menyedihkan, bahkan beberapa orang sampai meneteskan air mata. Ya, tiap minggu setelah khotbah dan pengumuman, ada kesempatan yang diberikan kepada jemaat baru datang untuk memperkenalkan diri. Juga kepada jemaat yang terakhir kali bergereja disana, untuk mengucapkan selamat tinggal.
Saya sadar, ini adalah gereja Indonesia yang ada di luar negeri. Jemaatnya adalah orang-orang yang ada di Jepang, dan suatu saat mungkin akan pergi dan meninggalkan Jepang. Jemaatnya bukanlah orang yang itu-itu saja, namun tiap tahun, akan selalu berganti. Saya jadi ingat saat pertama kali datang ke gereja ini, saya juga memperkenalkan diri. Bersama dengan saya ada 4 orang yang juga baru pertama kali datang. Memang karena waktu itu adalah waktu di saat orang-orang asing penerima beasiswa tiba di Jepang. Orang-orang sangat senang melihat jiwa-jiwa baru di gereja. Mereka melihat kami berempat dan tersenyum tulus.
Namun setelah itu suasana agak berubah. Saat pemimpin ibadah mempersilahkan kepada jemaat yang terakhir bergereja di tempat ini, satu keluarga naik ke atas altar. Mereka mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal. Pada akhirnya mereka ayah, ibu, dan seorang anak menyanyikan lagu “Tetap Setia” sambil terisak-isak sedih. Saat sudah selesai, sebelum kembali ke tempat duduknya, kumpulan paduan suara naik ke atas altar dan mengajak untuk bernyanyi bersama. Lagu “Tetap Setia” dinyanyikan sekali lagi. Saat itu adalah saat yang benar-benar menyedihkan. Bahkan saya yang baru pertama kali datang dan belum mengenal keluarga itu juga merasakan kehilangan yang sangat. Tidak dapat dicegah, memang sudah waktunya mereka pergi dari Jepang. Sampai akhir ibadah, saya masih melihat beberapa orang yang menangis dan memeluk keluarga itu satu persatu, seakan belum rela melepasnya. Ada waktu untuk bertemu dan berpisah. Dulu mungkin bertemu dan saling berkenalan. Kini harus berpisah satu sama lain.
Memang tidak dapat dipungkiri lagi, hidup kita ini adalah hidup yang fana. Ada waktu kita lahir, menikmati indahnya dunia. Bertemu dengan orang-orang dan saling berbagi kasih. Namun, di satu sisi ada waktu juga untuk berpisah dan meninggalkan orang yang kita kasihi. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Allah. Menyadari akan terbatasnya waktu yang kita miliki seharusnya kita sadar dan dengan segenap hati melakukan apa yang bisa kita lakukan pada hari ini. Kalau bisa memberikan sesuatu pada hari ini, berikanlah hari ini, jangan pernah menahan atau menunda-nundanya. Kalau bisa mengucapkan sayang dan terimakasih pada hari ini, ucapkanlah itu. Jangan sampai Anda menyesal! Pergunakanlah waktu dan kesempatan sebaik-baiknya.