Pohon Kurma: Pembelajaran tentang Ketekunan
Kisah Tentang Pohon Kurma
Abraham : OK, apakah ada yang mempunyai pertanyaan? Boleh di-share-kan di sini. Biar teman-teman yang lain bisa mendengarkan dan saling bertukar jawaban.
Siswa : Kak, gue lagi kesel deh sama temen-temen sekelas. Masa gue dikatain munafik.
Abraham : Lho, kenapa dek?
Siswa : Gini kak, gue selalu digangguin di kelas. Jadi pas lagi ulangan, temen-temen minta contekan sama gue. Trus gak gue kasih. Baru setelah itu, gue dikata-katain terus sama temen-temen. Katanya sih gereja, tapi gak ada kontribusi.
Abraham : Hmm, begini dek. Kalau kita melakukan hal yang baik, pasti ada orang yang tidak senang. Pasti ada orang yang selalu menjelek-jelekkan.
Siswa : Iya kak.
Abraham : Kakak akan ceritakan suatu cerita. Cerita mengenai pohon kurma. Tahu pohon kurma kan?
Siswa : Ya, saya tahu kak. Yang dari Arab itu kan?
Abraham : Pohon kurma itu pas ditanam, diatasnya ditaruh batu besar.
Siswa : Lho, kok ditaruh batu kak? Nanti gak bisa numbuh dong.
Abraham : Justru di situ rahasianya. Kurma kan hidup di padang pasir, airnya sedikit tuh. Jadi akarnya harus besar untuk mencari air di dalam tanah. Saat benih tersebut mulai berkecambah, ia kejepit oleh batu dan mengalami kesulitan untuk bertunas. Akibatnya pertumbuhan yang pesat pada akarnya menembus jauh ke dalam tanah, melebih ukuran lazim akar serabut. Akarnya jadi besar, ke sana ke mari mencari air dan zat makanan dalam tanah.
Siswa : Terus gimana kak?
Abraham : Nah, sampai suatu saat si pohon kurma ini punya suatu kekuatan yang cukup untuk mendesak batu yang menimpanya. Kemudian pohon kurma tumbuh menjadi pohon yang tahan pada cuaca kering sekalipun. Semuanya karena apa?
Siswa : Karena akarnya gede kak.
Abraham : Nanti pada saatnya pohon kurma akan berbuah. Siapa yang sudah pernah makan buahnya?
Siswa : Saya, kak. Rasanya manis lho.
Abraham : Begitu juga kita, dek. Kehidupan kita sama seperti pohon kurma. Mungkin kita sering ditekan. Oleh teman-teman atau orang-orang di sekitar kita. Kita dikatain, dijelek-jelekin, bahkan difitnah. Tapi, ayolah jadi kayak pohon kurma. Kita tidak langsung melawan ke atas. Kita malahan semakin “menunduk” mencari ilmu-ilmu dan memperkaya diri. Sampai saatnya kita siap, kita dapat tampil sebagai juara mengalahkan orang-orang yang mengejek kita tadi. Ayo, tadi kan aku bilang menunduk dan mencari ilmu, mencari ilmu itu seperti apa sih?
Siswa : Aku tahu kak. Kita harus tetap rendah hati. Kita juga harus semakin rajin dalam belajar dan mengerjakan tugas.
Abraham : Ya betul dek. Tapi bukan hanya itu. Kita juga harus semakin kuat di dalam Tuhan. Kita membaca Firman Tuhan setiap hari, merenungkannya, dan juga melakukannya. Pasti saatnya akan muncul, kita akan tampil menjadi pemenang.
Belajar dari Pohon Kurma
Percakapan di atas adalah pembicaraan antara Abraham dengan salah seorang siswa SMA 8 Bandung, yang terjadi pada saat kunjungan siswa yang dilakukan tiap Jumat siang. Mendengar cerita yang dibawakan oleh Abraham saya jadi ingat satu hal. Pohon kurma itu sebenarnya tengah menunjukkan kepada kita semua akan satu hal yang amat penting: KETEKUNAN.Tekun menurut KBBI artinya rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Tidak ada satu pun implikasi yang buruk dari ketekunan. Tekun membuat mata kita tetap memandang ke depan walaupun badan tersungkur ditimpa oleh beban berat. Tekun membuat kaki kita tetap melangkah maju, walaupun ada beban berat yang harus ditarik. Tetaplah tekun belajar! Tekun beribadah! Tekun melayani! Tekun di dalam Tuhan!
Sumber Gambar : Gambar Pohon kurma 1, Gambar Pohon kurma 2