Rumah Baru: Anugerah Tuhan
Bagi hampir sebagian besar orang rumah adalah tempat bernaung dan melepas lelah dari rutinitas kegiatan. Entah itu bekerja, belajar di sekolah, atau perjalanan. Rumah menjadi tempat untuk “mengistirahatkan diri” untuk kemudian menjadi siap melakukan rutinitas berikutnya. Di rumah kita berinteraksi dengan keluarga atau orang-orang terdekat kita. Di rumah juga kita dapat melakukan aktivitas atau hobi yang kita sukai. Saya jadi teringat dengan rumah yang selama ini kami tempati bersama yang sudah ada sejak tahun 1989, bahkan sebelum saya dan adik lahir! Rumah ini dulu tipe 36 yang berarti berukuran 6 x 6 meter. Di tahun 1995, rumah kami mengalami renovasi besar. Rumah kami ditingkat dua, di mana kini lantai atas digunakan untuk mencuci dan menjemur pakaian juga ruangan kerja papa.
Iseng-iseng, saya mencari definisi rumah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Lanjutannya, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Wah, wah, mungkin para pembaca bingung, mengapa tiba-tiba saya membuat tulisan mengenai rumah. Mungkin ada banyak tulisan mengenai masa kecil kami, seperti tulisan mengenai kisah pohon jambu atau mengenai kisah mobil impian, namun mengenai rumah?
Rumah Baru: Anugerah Tuhan
Saya menyebutnya anugerah karena memang semua adalah berkat dari Tuhan. Sebuah rumah baru dapat kami beli. Rumah satu lantai berukuran 9×12 meter. Letaknya juga di hook dengan jalanan ang tidak terlalu ramai. Uang dari Papa, Mama, dan tabungan saya akhirnya cukup untuk langsung membeli tunai rumah tersebut. Padahal awalnya, kami merencanakan untuk mengambil KPR. Namun, karena saya bekerja belum sampai setahun, maka pinjaman KPR tidak dapat dilakukan. Mama juga berencana untuk meminjam dari bank dan dari Mamatua, namun, setelah dihitung-hitung, uangnya cukup. Puji Tuhan! Awalnya kami hitung tidak cukup, ternyata semuanya Tuhan cukupkan. Biaya untuk balik nama dan pajak-pajak pembelian juga langsung dibayarkan. Kami tidak jadi meminjam uang sedikit pun.
Sudah sebulan lebih rumah tersebut secara “sah” menjadi milik kami. Papa dan mama langsung meminta tukang untuk mengecat rumah dan memperbaiki bagian-bagian rumah yang rusak. Rumah dicat dengan tema yang sama dengan rumah kami sekarang. Namun, rumah ini belum akan kami tempati. Saya pun belum akan menempatinya. Rencananya rumah tersebut akan dikontrakkan. Oiya, tanggal 12 September 2015 kemarin, bersama dengan Mamatua Lina, Kak Lina dan Bang Faber, Chintya, Bou Raymond, Raymond, dan Evan kami sama-sama mengunjungi rumah itu. Kami bersyukur untuk seluruh kebaikan Tuhan kepada keluarga besar kami karena Kak Lina dan Bang Faber juga sudah selesai membangun rumah.
Hari ini, mama mengabari bahwa rumah tersebut sudah ditempati. Ya ditempati oleh orang yang mengontraknya selama setahun ke depan. Sekali lagi kami bersyukur karena ada yang mau menjaga dan merawat rumah tersebut. Memang rumah harus ditempati dan tidak dibiarkan kosong. Ia harus disayangi dan dirawat karena ia menjadi tempat kita bernaung dan beristirahat.
4 thoughts on “Rumah Baru: Anugerah Tuhan”