Saya Suka Natal
Saat ke Swedia kemarin bersama dengan Bertha, kami juga begitu menikmati suasana Natal. Ada pohon natal dan iluminasi lampu-lampu di pinggir jalan dan taman-taman. Ada juga beragam hiasan natal di pusat-pusat perbelanjaan dan stasiun kereta. Semuanya semarak. Semuanya meriah. Ramai dan menarik karena kami belum pernah merasakan suasana seperti ini sebelumnya. Tahun ini juga spesial: pertama kalinya saya melihat salju! Begitu juga dengan Bertha. Ada orang-orangan salju asli dari bahan salju. Putih dan dinginnya salju membuat suasana Natal kali ini lebih berkesan. Mimpi Bertha dan saya untuk merasakan “White Christmas” akhirnya terwujud. Saya suka Natal.
DI rumah, kami kembali memasang pohon natal. Replika pohon cemara yang selalu identik dengan Natal dan bulan Desember. Natal tahun ini juga berbeda. Bertha ikut serta menjadi anggota keluarga besar yang baru. Kami merayakan Natal dengan penuh sukacita. Saya menyukai Natal, begitu juga dengan seluruh umat Kristiani di seluruh dunia. Bukan karena semarak dan kemeriahaannya. Atau karena banyak diskon dan hiasan Natal di penjuru kota. Begitu juga dengan banyaknya acara dan ibadah yang diadakan. Tidak. Bukan karena itu semua.
Saya suka Natal karena Kristus telah lahir ke dunia. Siapakah Dia? Seorang bayi yang lahir di dalam palungan di sebuah kandang hewan, dan di kota kecil? Siapakah Dia sehingga saya dan Anda merayakan dan menyukai Natal?
Kita menyukainya karena kita tahu bahwa Tuhan mengetahui bagaimana rasanya menjadi manusia. Ia bukan Allah yang jauh dan tak tersentuh. Ia dekat dan tahu persis rasanya bersahabat, marah, lapar, sedih, mengalami masa-masa yang sukar, bahkan ditinggalkan. Ia telah ada pada masa-masa itu. Ia bukan hanya Allah, tapi seorang teman dan sahabat yang mengerti kita. Ia tahu persis apa yang kita rasakan.
Saya suka Natal karena janji-janji tentang Natal tetap kekal. Pohon Natal mungkin akan dirapikan dan kembali ke lemari penyimpanan. Ada juga acara pembubaran panitia dan grup vokal pengisi acara Natal. Lampu-lampu dan hiasan natal sudah dipadamkan. Namun, janji-janji Allah melalui Natal tetap abadi. Ia akan selalu hadir, menyertai, dan menemani kita sepanjang kehidupan ini.
Saya suka Natal karena sekali lagi saya bisa merasakan sebuah harapan baru. Masa depan yang penuh pertanyaan dan tantangan akan muncul. Namun harapan akan selalu kekal selamanya. Sebuah kisah kelahiran Yesus, Tuhan dan sahabat kita masing-masing. Sudahkah teman-teman merasakannya? Selamat hari Natal!
Baca juga tulisan saya tentang Natal:
1. Natal Mengajarkan Kita untuk Taat dan Berkorban
2. Natal: Adakah Tempat Bagi Raja Baru?
3. Mengapa Kita Merayakan Natal?