Sekotak Cokelat Untuk Tuhan
Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao Theobroma cacao. Cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno sebagai minuman. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, cokelat juga dapat menangkal radikal bebas penyebab kanker. Cokelat digunakan untuk menyebutkan sejenis rasa dan makanan, namun sampai hari ini, belum penelitian terkait yang dapat menjelaskan rasa dari cokelat yang dikenal sulit untuk didefinisikan. Cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di momen-momen tertentu. Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, sekotak cokelat sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian bahkan sebagai pernyataan cinta.
Sekotak Cokelat yang Saya Terima
Cerita di atas merupakan kisah kecil mengenai makanan kesukaan saya. Benar, cokelat adalah makanan kesukaan saya. Saya sendiri tidak tahu persis sejak kapan menyukai cokelat, mungkin sejak saya dapat mulai mengingat sewaktu kecil. Seluruh makanan yang mengandung cokelat, minuman cokelat, atau cokelat batangan langsung adalah favorit saya.
Sepuluh buah cokelat berbentuk hati yang diletakkan di dalam sekotak berbentuk hati juga diberikan kepada saya sebagai tanda ucapan terima kasih. Terima kasih atas pelayanan saya sebagai kakak di dalam Retret Sekolah Minggu akhir Juni kemarin. Cokelat ini diberikan menjelang kepulangan disertai dengan teriakan “Terima Kasih” dari delapan puluh anak dengan senangnya. Senang rasanya bisa membimbing anak-anak ini untuk dapat lebih mengenal siapa dirinya dan Tuhan Yesus sendiri.
Kenangan Saat Sekolah Minggu
Pikiran saya sejenak terlontar ke masa-masa kecil saya, ketika mama dengan semangat mengajak adik saya dan saya untuk mengikuti Sekolah Minggu. Layaknya anak kecil pada umumnya, kami juga sering malas-malasan. Mama bergantian memegang tangan masing-masing kami untuk bertepuk tangan dan bernyanyi lagu pujian. Meskipun kerepotan menjaga dan mengurusi kami berdua, mama tetap bersemangat untuk memperkenalkan kami kepada Tuhan Yesus. Saya juga sejenak mengingkat guru-guru Sekolah Minggu saya dahulu, Kak Yuli, Kak Nova, Tante Ema, Kak Habakuk, Kak Mince, Kak Slamet, Tante Hana, dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Usaha dan kesetiaan mereka belasan tahun lalu untuk mengenalkan saya kepada Yesus tidak dapat saya gantikan dengan apa pun.
Jadi, ketika mengikuti Retret Sekolah Minggu itu, saya begitu bersyukur dapat mengenal Tuhan Yesus sejak kecil. Melewati masa remaja dan menjelang dewasa dengan baik adalah berkat tersendiri dari pengenalan kami akan Tuhan. Pengenalan yang telah mama dan guru-guru upayakan sejak kecil. Di Retret itu saya juga menceritakan banyak pengalaman saya kepada adik-adik untuk membuat mereka menjadi lebih terpacu dan semangat khususnya di dalam studi mereka. Ketika diajak untuk bergabung di dalam Retret ini oleh Tante Hana, saya langsung menyetujuinya. Ini adalah kesempatan yang telah Tuhan Yesus berikan, untuk saya dapat membalas kebaikan-Nya. Di dalam benak saya selalu terlintas, inilah yang dapat saya lakukan sebagai ucapan syukur saya kepada Mama terlebih kepada guru-guru sekolah minggu itu.
Sekotak Cokelat itu kini telah menjadi sebuah hadiah terindah yang pernah saya dapatkan. Begitu banyak hadiah yang saya terima selama ini, namun pemberian disertai ucapan syukur dari anak-anak itu telah benar-benar membuat saya mengerti akan apa yang Tuhan ingin saya lakukan. Ia ingin saya untuk bisa membagikan hidup ini kepada sebanyak-banyaknya orang, memperkenalkan Yesus kepada anak-anak seperti yang telah saya alami belasan tahun lalu. Cokelat ini masih terganjal di tenggorokan, mengingatkan saya mengenai begitu besarnya kasih Allah dalam kehidupan saya. Maka, sekotak cokelat ini saya persembahkan kembali kepada-Nya. Sekotak cokelat untuk Tuhan.
Sumber Gambar : BlogSpot