Selamat Datang di Palembang
Ini adalah kali kedua saya mengunjungi ibukota Sumatera Selatan ini. Dua kali perjalanan pula saya melakukan perjalanan menuju ke kota yang terkenal dengan pempek dan Jembatan Ampera-nya hampir di seluruh Indonesia. Saya bersyukur mempunyai kesempatan untuk mengunjungi kota ini dalam rangka mempresentasikan pekerjaan studi penyambungan PLTM yang saya kerjakan. Perjalanan pertama ke kota ini di pada November tahun lalu, kemudian yang kedua pada tanggal 9 Januari kemarin. Dan tulisan ini sebagian besar menceritakan mengenai perjalanan saya yang kedua kemarin.
Kalau pada perjalanan yang pertama saya berkunjung ke kota ini bersama dengan investor yang ingin membangun PLTM, untuk yang kedua saya pergi sendirian. Tujuannya sama, untuk mempresentasikan laporan studi penyambungan yang sudah saya kerjakan di PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (PLN W2SJB) di Jalan Kapt. A. Rivai, Palembang.
Pagi ini, saya berangkat dari Halim Perdanakusuma dengan pesawat pukul 06.30. Papa mengantarkan saya pagi itu dengan menggunakan mobil menuju ke Halim. Saya kemudian tiba di Palembang pukul 07.45 dan langsung mengambil taksi menuju ke PLN. Sekitar pukul 08.30 saya sudah tiba di Kantor PLN W2SJB. Perjalanan dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II menuju ke pusat kota Palembang berjalan lancar saat itu, tidak ada kemacetan berarti. Saya cukup beruntung tidak terjebak macet karena jalur yang saya lintasi merupakan jalan lintas Sumatera yang bergabung dengan jalan protokol perkotaan. Nah, biasanya jalan di sini macet, kata seorang teman yang saya temui di Palembang.
Presentasi berjalan dengan lancar, namun, data-data yang saya gunakan harus diperbarui dengan data yang lebih baru. Untuk meminta data ini, saya harus menghubungi PLN di daerah Bengkulu, dan PLN Rayon Kepahiang, yaitu PLN di sekitar lokasi pembangunan PLTM ini kelak. Saya kemudian juga langsung mengurus surat pengantar untuk meminta data tersebut. Sebelum istirahat sholat hari itu (sekitar pukul 11.00), saya telah menyelesaikan semuanya. Saya bersyukur dapat menyelesaikan semuanya sebelum istirahat sholat, karena tentu saya harus menunggu cukup lama jika orang-orang PLN ini harus sholat terlebih dahulu.
Perjalanan ke Ampera di Palembang
Sekitar jam 12.00, saya dijemput oleh teman saya di ITB dulu. Namanya Solya. Sama-sama berkuliah di ITB, namun kini dia masih liburan di Palembang. Maklum, cewek satu ini asli orang Palembang. Dan sejak lulus Oktober kemarin dia tidak bertemu dengan orangtuanya. Jadilah momen Natal dan Tahun Baru ini dia dapat berkumpul dengan papa, mama, dan adiknya. Bersama dengan Mama dan Sam (adiknya), kami pergi ke dermaga Sungai Musi. Dari sini, saya bisa melihat Jembatan Ampera dengan Sungai Musi yang ada di bawahnya. Saya sekali lagi harus bersyukur kepada Tuhan atas pengalaman ini: bisa mengunjungi dan melihat maskot kota Palembang ini. Di sekitar tempat itu juga ada Benteng Kuto Besak yang menjadi ikon Kota Palembang selain dari Jembatan Ampera. Namun sayang, kondisinya kini sudah mulai rusak karena kurang perawatan. Juga ada Mesjid Agung Palembang yang juga masih di alam satu wilayah di sekitar Jembatan Ampera. Solya juga bercerita, di ujung Jembatan Ampera ada gelanggang olahraga yang menjadi kebanggaan warga kota Palembang, yaitu komplek Sport City Jakabaring.
Mamanya Solya juga membeli donat untuk kami makan, katanya sih untuk menganjal perut. Maklum, jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 siang. Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu lapar siang itu, karena saat menunggu surat di PLN, saya sempat meminum kopi. Tante (panggilan saya untuk mamanya Solya) juga membelikan ayam di restoran cepat saji untuk Sam. Katanya, di tempat makan yang akan kami tuju, makanannya pedas, dan Sam pasti gak mau makan. Saya jadi teringat dengan adik sepupu saya yang juga tidak suka makan pedas, tapi badannya tetap saja gemuk, hehe.
Nah, kami sudah tiba sekitar pukul 13.30, di tempat oleh-oleh Pempek Candy. Pusatnya di tengah kota, dekat dengan Rumah Sakit Charitas dan berhadapan langsung dengan Bank BNI Palembang. Pempek Candy adalah salah satu dari sekian banyak merek oleh-oleh pempek yang terkenal. Kata beberapa orang (termasuk pengemudi taksi dan petugas airport), sebenarnya Pempek Candy tidak enak, namun promosinya yang cukup gencar dan lokasi toko oleh-oleh yang strategis membuatnya jauh lebih terkenal. Siang itu kami makan menu serba ikan. Saya makan Sop Ikan Belida, yang menurut Solya enak. Adiknya Solya juga makan ayam yang tadi dibeli di sekitar Jembatan Ampera. Kemudian, sekitar pukul 14.10, papanya Solya datang dan bergabung untuk makan.
Sekitar pukul 14.30, kami sudah selesai makan. Mamanya Solya ternyata harus kembali ke kampus (dia adalah dosen di Politeknik Sriwijaya). Tapi, papanya Solya mau mengantarkan saya ke Bandara nanti. Wah, bersyukur banget. Jadi, om dan tante bertukar posisi. Om yang membawa mobil, sedangkan tante membawa motor. Oiya, saya juga dilarang membayar makan siang itu, menambah perasaan tidak enak saya kepada keluarga ini. Sudah terlalu banyak yang mereka lakukan untuk saya hari ini: menjemput, mengantar ke Jembatan Ampera, membeli donat, makan, diantarkan kembali ke Bandara, dan dibelikan oleh-oleh juga.
Kami akhirnya sampai di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sekitar pukul 15.10, saya segera pamit dan menyalam Om, Solya, dan Sam. Terima kasih untuk tiga jam yang berharga di Palembang. Penerbangan berikutnya sudah menunggu saya kembali ke kehidupan yang saya jalani di Jakarta. Terima kasih Solya. Terima kasih Papa, Mama, dan adiknya Solya. Dan terakhir, terima kasih Tuhan Yesus.
Sumber gambar : Flickr Dipta Nandana