Selamat Hari Ibu
Selamat Hari Ibu!
Saya tidak tahu pasti sejak kapan Hari Ibu dirayakan baik di Indonesia maupun di dunia ini. Yang jelas, “Hari Ibu” didedikasikan kepada seluruh ibu di Indonesia. Ini bukan sekedar hari perayaan biasa, layaknya hari besar keagamaan atau hari Kemerdekaan Indonesia. Hari Ibu, menurut saya–semata-mata–adalah hari di mana kita “kembali merenung” mengenai semua hal yang telah dilakukan oleh Ibu.
Hari Ibu memberikan kepada setiap kita–kesempatan untuk merefleksikan–kehidupan yang kita miliki hari ini dengan ibu di sisi kita.Di perjalanan pulang dari Perayaan Natal SMAN 10 Bandung, Bram dan saya sempat bertukar cerita mengenai beberapa hal, salah satunya mengenai peranan ibu kami masing-masing. Bukan suatu kebetulan bagi saya ketika selama kurang lebih 30 menit di perjalanan pulang naik angkutan umum itu kami dapat berbagi cerita. Bram bercerita mengenai pengalaman saat ia masih kecil, di mana dia, kakaknya, dan ibunya harus memanjat pagar untuk pergi ke gereja setiap minggunya. Ayah Bram dulu melarang mereka untuk pergi ke gereja, di mana pagar rumah mereka digembok untuk menghalangi mereka pergi ke gereja. Ibu Bram tetap berusaha membawa Bram dan kakaknya pegi ke gereja di GBI Mawar Saron di Kelapa Gading meski hari masih subuh. Selain itu, Bram juga bercerita bahwa ia juga sering diajak oleh ibunya untuk hadir di dalam kebaktian siang di RS PGI Cikini, meskipun harus terlambat karena istirahat siang yang hanya sebentar. Ia juga bertutur mengenai ibunya yang terus berdoa bagi Bram dan seluruh keluarganya, hingga kini ayah Bram sudah bertobat, dan keluarga mereka diberkati oleh Tuhan. Bram menutup ceritanya dengan mengatakan bahwa orang yang paling dia sayangi di dunia ini adalah ibunya.
Selamat hari Ibu untuk Mama Tercinta
Serupa tetapi tidak sama, itulah kisah saya jika dibandingkan dengan kisah Bram. Mama [panggilan saya kepada ibu] juga adalah orang yang saya paling sayangi di dunia ini. Sejak ingatan saya dimulai, mama adalah orang yang selalu ada di samping saya, saat saya belajar dan mempersiapkan ujian, di saat saya sakit, di saat saya terpuruk akibat kegagalan, dan yang pasti di saat saya bahagia dan berhasil. Mama dan Papa adalah saluran utama kasih Tuhan di dalam kehidupan saya. Saya amat bersyukur memiliki mereka di dalam kehidupan saya–bahkan hingga masa-masa perkuliahan ini. Masih teringat jelas, saat mama dan papa membawa saya dan adik saya ke sekolah minggu, mengajarkan kami berdoa dan membaca Alkitab, memberikan teladan untuk rajin dan berbuat maksimal untuk segala hal, hingga bagaimana mengasihi saudara dan orang lain. Tanpa mereka, mungkin saya tidak akan dapat seperti sekarang. Mereka sungguh telah menyiapkan saya da n adik saya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Mama adalah orang yang paling berpengaruh di dalam perkembangan iman kami berdua. Sejak kecil, mama sudah mengajari kami untuk selalu berserah kepada Tuhan, selalu bersyukur akan segala hal yang kita dapatkan, dan turut serta di dalam pelayanan di mana Tuhan inginkan. Saat saya kini berada di dalam pelayanan mahasiswa dan siswa di tengah-tengah perkuliahan saya, saya amat bersyukur karena mama telah mempersiapkan itu semua. Bahkan, setahu saya, mama selalu mendoakan saya dan adik saya mendapatkan istri yang jauh lebih baik dari dirinya. Ia selalu berdoa bahwa segala hal yang terbaik akan didapatkan oleh anak-anak-nya.
Terima kasih mama dan papa, karena semua hal baik yang ada pada diri saya dan adik adalah berkat didikan mama dan papa. Saya amat mengasihi mama dan papa. Kami amat mengasihi mama dan papa.