From Bengkulu with Love Part 4: Indonesia Masih Gelap
Satu hal yang cukup miris ketika saya tiba di Bengkulu Tengah adalah belum semua rumah penduduk dialiri oleh listrik. Bengkulu Tengah masih gelap di malam hari. Sudah ada Gardu Induk Pekalongan di daerah Sumatera Selatan yang menyuplai listrik ke daerah perbatasan antara provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan ini. Namun, karena gardu induk yang lokasinya cukup jauh ditambah jalur distribusi dengan tegangan rendah menyebabkan daya listrik terbuang sia-sia dan menyebabkan masih banyak penduduk (konsumen) yang belum dapat menikmati aliran listrik.
Saya harus akui memang kepadatan penduduk yang rendah menyebabkan akan sangat sulit melistriki seluruh daerah Bengkulu ini. Mungkin ini juga berlaku wilayah timur Indonesia (Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua). Kepadatan penduduk yang rendah membuat harga distribusi listrik menjadi sangat mahal dan tidak lagi menguntungkan bagi satu-satunya perusahaan distribusi listrik di negeri ini: PLN. Artinya memang harus ditemukan cara terbaru dan handal yang mampu menyediakan pasokan listrik yang cukup besar untuk memenuhi titik-titik lokasi tempat konsumen (penduduk) berada.
Rasio elektrifikasi yang saat ini baru mencapai 80,54% ditargetkan pemerintah akan mencapai 100% pada tahun 2020. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2013 sebesar 7,128 MW sedangkan realisasi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 7,8% setiap tahunnya. Rasio elektrifikasi ini juga membuktikan kepada kita bahwa ada 20% penduduk Indonesia atau hampir 55 juta orang yang masih belum menikmati listrik. Jumlah ini tentu akan membesar jika kita melihat fakta bahwa konsumen yang sudah memperoleh aliran listrik belum tentu memperoleh listrik yang handal atau menyala 24 jam. Masih ada saja penduduk yang hanya merasakan listrik di siang hari dan harus gelap-gelapan di malam hari.
Kenyataan ini harusnya semakin menggugah kita apalagi menyaksikan saudara-saudara kita di NTB, NTT, dan Papua yang memiliki rasio elektrifikasi yang rendah: 30%. Artinya mayoritas masih mengalami kegelapan. Indonesia masih gelap di wilayah tersebut. Jujur saya harus katakan bahwa kita termasuk orang-orang yang beruntung: bisa merasakan listrik non-stop selama 24 jam. Kita pasti dengan mudah protes dan mengucapkan sumpah serapah kepada PLN karena listrik padam entah karena gangguan atau permintaan yang berat. Bagaimana dengan teman dan saudara kita di NTB, NTT, dan Papua sana?
Sorotan: Indonesia Masih Gelap
Kementerian ESDM mencatat, konsumsi listrik nasional tahun 2013 mencapai 188 TWh, terdiri atas Rumah Tangga 41%, Industri 34%, Komersial 19%, dan Publik 6%. Konsumsi listrik akan terus meningkat rata 7,8-8% per tahun. Sementara itu pertumbuhan pembangkit listrik hanya menyentuh angka 7-8% per tahun. Bisa dikatakan stagnan, apalagi jika kita harus melihat bahwa kenyataan lapangan pembangkit-pembangkit itu mayoritas masih dibangun di Jawa dan Sumatera. Kalimantan dan Sulawesi, apalagi NTB, NTT, dan Papua masih harus bersabar.
Solusi yang terbaik mungkin adalah dengan memanfaatkan sumber-sumber energi baru terbarukan: seperti biomassa, arus laut, surya, dan angin. Potensi-potensi ini jelas terbuka karena dapat dikembangkan dalam skala yang kecil untuk memenuhi kebutuhan satu daerah tertentu. Biaya distribusi listrik akibat jarak jauh dan infrastruktur yang sulit dapat ditekan. NTB dan NTT misalnya dapat mengembangkan sumber energi dari biomassa, seperti kotoran sapi. Satu kelompok ternak dapat membuat biodigester untuk mengolah kotoran sapi menjadi listrik. Atau energi surya di wilayah Maluku dan Papua.
Tidak dapat dipungkiri, investor bahkan PLN sendiri pun ingin memperoleh keuntungan dengan membangun pembangkit-pembangkit listrik baru. Dan sudah ada kebijakan baru pemerintah terkait sumber-sumber energi baru dan terbarukan ini. Harga yang naik dan adanya faktor pengali diharapkan dapat menggiatkan kembali semangat untuk menerangi seluruh wilayah negeri ini.
Mari kita semua pihak: pemerintah, PLN, dan swasta bekerja sama untuk menerangi Indonesia. Indonesia masih gelap, namun Indonesia pasti bisa terang.