Biaya Back End Cost PLTN
Biaya Back End Cost PLTN : Belajar dari Jepang
Mulanya Jepang berencana langsung mengubur bahan bakar nuklir habis pakainya seperti Amerika Serikat, dan mengelola sebagian dari limbah radioaktif level tingginya. Namun karena bentuk geografis Jepang yang banyak gunung berapi dan lapisan batuan yang tidak stabil (lempengnya aktif bergerak), metode mengubur limbah radioaktif selalu tertunda. Oleh karena itu metode kedua yakni daur ulang yang dicoba diimplementasikan. Karena Indonesia memiliki sifat geografis dan geologis yang sangat mirip dengan Jepang, saya pikir kita bisa membandingkan dengan apa yang Jepang telah lakukan. Indonesia bisa belajar dari Jepang mengenai pengelolaan limbah radioaktif.
Berikut saya lampirkan biaya back end cost PLTN hasil perhitungan Federation of Electric Power Companies of Japan yang dikutip Ohsima Kenichi seorang pakar di bidang Ekonomi Lingkungan dan Teori Politik Energi dan Lingkungan dari Bukunya “Genpatsu no Kosuto” (Biaya Membangun PLTN) terbitan Iwanami Shoten yang diterbitkan pada Desember 2011 lalu.
Angka dalam triliun Yen.
- Reprocessing (Pengolahan Limbah) 11000
- Transport of spent fuel (Transportasi bahan bakar habis pakai) 920
- Temporary storage of spent fuel (Penyimpanan sementara bahan bakar habis pakai) 1010
- Manufacture of MOX fuel (Pembuatan bahan bakar MOX) 1190
- Management of returned High Level Waste (Penyimpanan limbah radioaktif level tinggi) 300
- Management of returned Low Level Waste (Penyimpanan limbah radioaktif level rendah) 570
- Transport of High Level Waste (Transportasi limbah radioaktif level tinggi) 190
- Burial of High Level Waste (Penguburan limbah radioaktif level tinggi) 2550
- Burial of Low Level Waste (Penguburan limbah radioaktif level rendah) 810
- Dismantling, Handling, and Diposal of Uranium Erichment Facility (Biaya pengayaan uranium) 240
- Total biaya back end cost PLTN mencapai hampir 19 triliun Yen (18.8 triliun Yen)
Jika dikonversi ke rupiah (1 Yen = 115.91 Rupiah) maka biayanya mencapai 2.180 triliun rupiah. Biaya ini mencapai lebih dari seperempat dari PDB Indonesia tahun 2012 (Besaran PDB Indonesia tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai 8.241,9 triliun rupiah). Bayangkan kita harus mengeluarkan hingga seperempat PDB Indonesia hanya untuk mengolah limbah radioaktif!
Perhitungan diatas dibuat pada tahun 2004 dengan pemikiran fasilitas pengolahan limbah radioaktif di desa Rokkasho beroperasi pada waktunya. Kenyataannya kini, fasilitas itu sama sekali belum beroperasi sejak selesai dibangun 20 tahun yang lalu karena masalah teknis. Biaya back end cost PLTN diperkirakan berlipat ganda.