Einstein: Tuhan Tidak Bermain Dadu
Dalam artikel bertema Teori Kuantum, saya berulang kali menulis tentang Albert Einstein dan sepak terjangnya dalam perkembangan Fisika Teori khususnya mengenai Teori Kuantum. Saya juga mengutip beberapa perkataannya yang menggoncang dunia ketika dia berdiskusi dengan Niels Bohr perihal elektron dan foton. Walau diskusi ini berlangsung sangat panjang, namun pada akhirnya tidak ada yang mengalah. Baik Albert Einstein dan Niels Bohr, keduanya sama-sama kuat berpegang pada pendirian masing-masing.
Kali ini saya ingin menulis tentang perkataan Albert Einstein yang paling terkenal. Ucapan itu ialah: “Tuhan tidak bermain dadu”. Dalam bahasa Inggris, “God does not play dice with the universe”. Ini diucapkan Einstein kala menyangkal pendapat Niels Bohr yang mengatakan bahwa elektron dan segala sesuatu di dunia ini adalah acak dan tidak bisa dipastikan (dikenal sebagai Teori Ketidakpastian – Uncertain Principles).
Tuhan Tidak Bermain Dadu
Perkataan Einstein tersebut sempat membuat masyarakat umum bingung. Jarang sekali Einstein mengucapkan hal-hal berkenaan Tuhan dan agamawiah. Mungkinkah Einstein adalah seorang yang mempercayai Tuhan? Bukankah dia berulang kali berkata bahwa tidak ada Tuhan? Apa maksud Einstein saat berkata Tuhan tidak bermain dadu? Kali ini ijinkan saya menjelaskan mengenai hal ini kepada teman-teman.
Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Time, Albert Einstein berkata seperti ini:
I ‘m not an atheist, and I don’t think I can call myself a pantheist. We are in the position of a little child entering a huge library filled with books in many languages. The child knows someone must have written these books. It does not know how. It does not understand the languages in which they are written. The child dimly suspects a mysterious order in the arrangement of the books but doesn’t know what it is. That, it seems to me, is the attitude of even the most intelligent human being toward God. We see the universe marvelously arranged and obeying certain laws but only dimly understand these laws. Our limited minds grasp the mysterious force that moves the constellations.
– Albert Einstein (Time Magazine Interview, cited in Einstein and Religion,
Max Jammer [Princeton: 1999] p. 48.)
Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Saya bukanlah orang ateis. Tapi saya juga tidak bisa menyebut diri orang percaya. Yang ingin saya katakan adalah: Kita semua adalah seperti seorang anak kecil yang memasuki sebuah perpustakaan besar dan megah, penuh dengan buku-buku dari bermacam-macam bahasa. Anak itu tahu seseorang pasti telah menulis buku-buku ini. Tapi ia tidak tahu bagaimana. Ia juga tidak memahami bahasa buku itu. Sama seperti yang saya alami. Kita melihat angkasa yang luas megah. Angkasa yang teratur dan tunduk pada hukum-hukum alam. Saya hanya bisa terdiam mencoba memahami seluruh hukum itu. Pikiran saya yang terbatas tidak bisa mengungkap gaya misterius yang ada di angkasa luar.
Begitulah Albert Einstein. Dia mengatakan dirinya bukan ateis, tapi tidak juga setuju kalau dibilang percaya Tuhan. Tapi yang jelas, sepanjang hidupnya Einstein tidak pernah berhenti mencoba memahami ciptaan Allah Sang Pencipta, yakni alam semesta ini.
Sumber gambar : startswithabang.com
Bahan bacaan : Sifat Gelombang dalam Teori Kuantum, Debat Einstein dan Niels Bohr Bagian 1, Bagian 2, Albert Einstein on a dim view of God