Mewujudkan Mimpi Mobil Listrik Indonesia
Raksasa industri mobil Jepang yang kini menjadi produsen mobil nomor 1 dunia sudah lebih dulu sadar akan potensi Tesla Motors daripada raksasa otomotif Amerika General Motors. Di tahun 2010, direktur utama Toyota Motor Akio Toyoda berkunjung langsung ke rumah Elon Musk di California dan melihat langsung mobil sports Roadster produksi Tesla Motors. Dan hanya dalam tempo seminggu, mereka sepakat meneken kerjasama. Toyota Motor setuju membeli saham Tesla Motors sebesar 50 juta dollar, sedangkan Tesla Motors setuju membeli pabrik tertutup Toyota dan General Motor di Nummi California dengan 42 juta dollar. Tidak hanya itu, Toyota Motor dan Tesla Motors juga sepakat memperbarui dan memproduksi kembali mobil Toyota RAV4 sejak 2012.
Namun, kini seiring masa kerjasama pasa RAV4 EV yang akan berakhir, kita bisa melihat bahwa Toyota Motor dan Tesla Motors memiliki visi dan misi yang sama sekali berbeda. Tesla mantap dengan mobil listrik model S dan berencana untuk membangun pabrik raksasa baterai litium guna produksi 500 ribu mobil sedan Model 3 tahun 2017 (hampir 15 kali lipat produksi 2014). Toyota di lain pihak, lebih memilih mengembangkan mobil listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau fuel cell. Satu hal yang sangat ditentang Elon Musk karena harganya yang mahal dan strukturnya yang kompleks.
Membuat Mobil Listrik Nasional: Keadaan Indonesia Kini
Bagaimana dengan mobil listrik nasional? Sempat riuh mendengar kehebatan anak bangsa merancang mobil listrik Indonesia, namun kini hampir tidak kedengaran lagi. Adakah mobil listrik nasional suatu hal yang mustahil?
Membuat mobil listrik nasional tidaklah mustahil, namun bukan pula hal yang mudah. Mesti ada sinergi dari seluruh pihak terkait. Menristek sendiri sudah menyatakannya seperti dilansir antaranews. Menristek mengatakan untuk dapat memproduksi massal mobil listrik masih memerlukan lebih banyak persiapan termasuk dalam mengembangkan rangkaian suplainya. Menurut Menristek, sudah ada industri di Surabaya yang mampu membuat mesin blok untuk mobil. Motor listrik, platform, sistem kontrol, propulsi pun sudah dapat dikuasai, tinggal baterai litium yang masih harus dikembangkan.
Karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi bakal membuat sebuah pilot plant baterai litium yang dikerjakan secara bersama oleh sebuah Konsorsium Nasional Riset Baterai Lithium, melibatkan para akademisi dari Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Lambung Mangkurat, dan Institut Teknologi Surabaya.
Tidak hanya itu, Pemerintah melalui Kemendikbud bekerja sama mengerjakan riset dengan lima perguruan tinggi yang dianggap berkapabilitas membuat mobil listrik. Lima universitas ini adalah Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Surabaya. Riset yang telah dimulai sejak 2012 ini akan berfokus pada pembuatan mobil listrik. Ditargetkan, pada 2018, Indonesia akan mampu memproduksi 10 ribu unit mobil per tahun. Mengenai pendanaan, pemerintah menugaskan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan untuk mengelola dana abadi pendidikan sebesar Rp 24 triliun.
Sekian banyak dana yang dianggarkan dan siap dikucurkan demi perwujudan mobil listrik nasional? Namun apakah itu cukup? Bagaimana potensi mobil listrik nasional Indonesia? Sanggupkah Indonesia membuat mobil listrik karya anak bangsa sendiri?