Statistika yang Menentukan Nasib Bangsa
Statistik dan data survei bisa dibilang menjadi salah satu faktor penting yang menentukan masa depan suatu perusahaan. Keakuratan data dan ketepatan pemilihan sampel data yang menentukan sukses bangkrutnya suatu perusahaan, bahkan suatu negara. Begitu pentingnya data sehingga semua perusahaan besar berlomba-lomba mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, guna mendapatkan margin of error yang kecil. Bahkan tidak jarang ada yang sampai berlaku curang. Saya akan sampaikan salah satu beritanya.
Statistika dan Etika
Dua minggu yang lalu, Jepang dikagetkan oleh bocornya data-data pengguna website Benesse yang menyediakan layanan les dan pendidikan temporal bagi anak-anak dan orangtua. Para pengguna sistem online Benesse dan juga peserta program pendidikan dikejutkan oleh banyaknya surat elektronik (e-mail) yang masuk ke akun mereka. Jumlahnya sangat banyak dan mayoritas berasal dari sebuah perusahaan bernama JustSystems. Karena ini adalah hal yang tidak biasa, pengguna sistem Benesse pun segera melapor kepada perusahaan. Dan setelah ditelusuri, pembuat sistem tersebutlah yang membocorkan data pengguna kepada pihak lainnya.
Dalam pemeriksaan polisi diketahui kemudian bahwa pembuat sistem mengetahui kelemahan sistem. Jadilah dia mengkopi sedikit demi sedikit informasi pengguna, nama, tanggal lahir, pekerjaan, penghasilan, jumlah anak, dll untuk kepentingan pribadi. Setelah datanya banyak terkumpul dia menawarkan informasi itu kepada perusahaan lainnya. Ada seorang dari sebuah perusahaan menginginkannya dan bersedia membayar 0.1 yen atau sekitar 10 rupiah untuk data seorang pengguna. Hasilnya dia bisa merauk keuntungan lebih dari 10 juta rupiah hanya dari menjual data.
Kasus di atas mungkin bisa jadi petunjuk pada teman-teman mengenai persaingan antar perusahaan guna mendapatkan data. Ke depannya, persaingan seperti ini akan makin sering terjadi tentunya. Kalau kita hanya berdiam diri saja, kita hanya akan jadi penonton dan objek survei, tidak lebih. Namun kalau kita bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, kita bisa bekerja di perusahaan dengan kemampuan statistika. Kemampuan itulah yang kini sedang dicari oleh setiap perusahaan guna menghadapi persaingan global yang kian memanas.
Statistika yang Menentukan Nasib Bangsa
Meskipun kebutuhan orang berkemampuan statistika tengah menanjak, nyatanya Indonesia tidak mampu menyediakan ahli statistika yang cukup dan mumpuni. Makanya ada banyak ekspatriat atau pekerja asing yang mengisi posisi penting perencanaan dan manajemen perusahaan. Indonesia tengah kekurangan orang-orang berilmu statistika. Lebih dari itu, orang statistika yang ada kini pun banyak yang tidak netral, dan mudah digiring ke kepentingan satu pihak, tanpa mampu mempertahankan independensinya. Tidak mampu memperhahankan objektivitas hasil survei yang dikerjakannya.
Kedepan, kita akan menghadapi persaingan global dan perusahaan akan makin panas dan berebut ahli statistika. Kepada teman-teman yang lulusan ilmu statistika, saya ucapkan selamat! Anda bisa bekerja dengan nyaman dan mendapatkan gaji relatif besar tentunya. Tapi teman-teman harus hati-hati! Karena mungkin ketika teman-teman bekerja dan mendapatkan data kinerja perusahaan di suatu daerah tengah menurun, bakal ada banyak yang kompromi. Pasti ada bagian produksi, manajemen daerah, personalia yang datang dengan iming-iming uang meminta teman-teman menutup-nutupi data tersebut. Pesan saya kita harus tetap netral dan tegas. Independen dan objektif. Tolak segala upaya kompromi tersebut.
Sebab tidak ada perusahaan yang senang ketika kamu berbohong dan melaporkan bahwa kinerja perusahaan baik-baik saja. Perusahaan akan senang ketika kamu jujur dan melaporkan hasil survei dan data yang sesungguhnya.
Begitu pula bagi teman-teman di sektor pemerintahan. Yang lebih sering bersentuhan dengan statistik keadaan negara ini. Kita harus sadar betul bahwa statistika yang menentukan nasib bangsa di masa depan. Statistika sangat bermanfaat bila ada di tangan orang-orang jujur dan tekun ingin memperbaiki bangsa. Tapi sangat berbahaya di tangan mereka yang cuma bermental “asal bapak senang”.
Sumber Gambar : qualityfocusmag.com