Beberapa waktu yang lalu, dalam pelajaran bahasa Jepang saya dan teman-teman membaca sebuah artikel mengenai angket pandangan pemuda-pemudi Jepang mengenai agama. Menurut angket tersebut, minat pemuda-pemudi Jepang terhadap agama tengah menanjak, khususnya setelah Gempa Besar dan Tsunami menyerang Jepang pada Maret 2011 yang lalu. Di
Akhir tahun 2012 sudah di depan mata. Natal juga tinggal menghitung hari lagi. Sekali lagi natal datang. Di Jepang, tempat-tempat bermain sudah mengganti temanya menjadi bertemakan natal. Lagu-lagu natal mulai diputar di supermarket dan mall-mall. Pohon-pohon natal juga mulai didirikan di depan gedung-gedung, lengkap dengan
Hari itu aku lupa tanggal berapa, yang pastinya aku sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah perayaan natal. Dan dalam perjalanan itu aku bertemu dengan seseorang yang belum kukenal sebelumnya. Ia berkata padaku, “Apakah yang kamu ketahui tentang Yesus?” Aku sempat terdiam sejenak. Ia berkata lagi,
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas2:11). “Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukaria karenanya” (Mazmur 118:24) Natal seharusnya menjadi hari yang penuh sukacita bagi semua orang. Tapi berbeda dengan apa yang dialami bangsa Israel karena
Berita kelahiran memang selalu merupakan berita sukacita. Di Gereja dalam warta jemaat disampaikan bersukacita atas kelahiran seorang bayi putra atau putri dalam keluarga. Tapi berita kelahiran yang diumumkan pada malam hari di padang gembala sungguh tidak lazim. Bisa dipahami betapa terkejut dan takutnya para gembala